Gangguan Tumbuh Kembang Gigi
Definisi
Kelainan atau cacat lahir akibat adanya gangguan pertumbuhan dan perkembangan sejak embriologi hingga berakhirnya masa pertumbuhan
Terjadi pada perkembangan kepala, wajah, maksilla & mandibula
-
Etiologi gangguan tumbang
-
Herediter
mutasi gen, kelainan kromosom
-
Lingkungan
- Usia ibu hamil
- Obat-obatan
- antibiotik
- analgetik
- !sifat teratogenik
- Nutrisi
- Infeksi bakteri / virus
- Radiasi
- Stress emosional
- Trauma
- Hormonal
- Gangguan metabolism
- Idiopathic
-
-
Gangguan dapat terjadi saat
- tahap pre natal
- tahap neonatal
- tahap post natal
Gangguan tumbang
- Pada jaringan lunak
Pada jaringan keras anomaly gigi
-
Kelainan jumlah gigi→ inisiasi (bud)
-
Agenisi
tidak adanya benih gigi
-
Anodonti
kegagalan gigi untuk tumbuh & berkembang dalam rongga mulut. Absennya gigi disebabkan tidak ada benih sejak lahir.
-
Total anodontia
Absennya semua gigi sulung dan permanen
-
Partial anodontia
absennya gigi tertentu / sebagian gigi akibat tidak adanya benih gigi tersebut sejak lahir.
Gigi yang sering tidak ada (gigi permanen) adalah M3 rahang atas, I2 rahang atas, dan P2 rahang bawah
-
Hipodontia
Adalah tidak adanya sejumlah 1-6 gigi
-
Oligodontia
Adalah tidak adanya sejumlah > 6 gigi Gambaran klinis : Dapat terjadi pada gigi sulung maupun permanen. Gigi yang sering mengalami hipodonsia yaitu: insisvus lateralis atas, insisivus sentralis bawah, premolar dua bawah dan atas, dan molar tiga
-
-
PERAWATAN :
- Total anodontia pembuatan full denture
- Partial anodontia pembuatan partial denture
-
-
Hiperdontia / supernumerary teeth
adanya satu atau lebih elemen gigi melebihi jumlah gigi yang normal
-
Mesiodens
gigi berlebih di bagian insisif sentral atas
-
Laterodens
gigi lebih yang berada di daerah interproksimal atau bukal dari gigi-gigi selain insisivus sentralis
-
Distomolar
kelainan jumlah gigi yang berlebih di bagian distal molar ke 3 RA dan atau RB
-
Para molar
kelainan jumlah gigi yang berlebih di bagian mesiobukal m2 dan m3 RA dan atau RB
→ ekstraksi→ ortho
-
-
-
Kelainan ukuran gigi→ Proliferasi (cap)
-
Mikrodonsia
ukuran gigi lebih kecil dari normal. Bentuk mahkota konus atau peg shaped
-
Makrodonsia
ukuran gigi lebih besar dari ukuran normal. Dapat satu atau beberapa gigi. Crowding, impaksi, maloklusi
-
Perawatan
remodeling / konservasi ( tumpatan/crown), ekstraksi dilanjutkan perawatan ortodonti
-
-
Kelainan bentuk gigi→ morfodiferensiasi (advance bell)
-
Germinasi
satu benih gigi terbagi dua pada proses invaginasi, 2 mahkota dg 1 SA
klo resorpsi→
belum resorpsi: pulpektomi
nekrosis: PSA
akar 2: dipreparasi file→ restorasi SSC
-
Fusi
penyatuan sebagian atau seluruh dua benih gigi, 2 mahkota dg 2 SA
-
Concrescence
penyatuan akar dari 2 gigi berdekatan melalui sementum saja, biasanya menjadi satu setelah gigi erupsi dalam rongga mulut . Molar maksila gigi yang paling sering terlibat, khususnya M3 dan gigi supernumerary, bisa gagal untuk erupsi atau erupsi tetapi tidak sempurna
-
Dens evaginatus
Gigi erupsi pada suatu gigi, biasanya berupa benjolan berbentuk mahkota gigi pada mahkota suatu gigi. Hasil dari pertumbuhan enamel organ ke bagian luar gigi.
-
Etiologi
Autosomal dominan
-
Gambaran klinis
Groove central/ridge posterior, Cingulum I1 dan I2, pada insisif.
-
-
Dens in dente (dens invaginatus)
gigi yang terbentuk dalam gigi. enamel coronal dan dentin masuk pada ruang pulpa atau gigi dalam gigi.
-
Gambaran klinis
Biasanya lokal pada satu gigi, kadang meliputi gigi secara multiple, sering terjadi pada singulum lingual, sering mengenai I2 RA dan C
penatalaksanaan: fissure sealant
-
Pemeriksaan radiografi
tampak perpanjangan enamel dalam jumlah besar dalam dentin ukuran gigi normal, terlihat jelas bentukan gigi dalam gigi, enamel tipis atau bahkan tidak tampak pulpa
-
Penatalaksanaan
setelah erupsi, dapat dirawat dengan etch-retained resin sealant, Jika disertai dengan gejala akut dan cellulitis, lakukan insisi drainase serta pemberian antibiotik yang adekuat. Jika prognosis buruk, maka dilakukan ekstraksi gigi. Restorasi untuk mencegah keterlibatan pulpa
-
-
Taurodonsia
Pelebaran ruang pulpa dengan karakteristik seperti tanduk sapi.
biasa premolar dan molar
-
Gambaran klinis
akar tebal dan furkasi dekat apical, bentuk gigi besar, sering pada M2 dan P, jarang terjadi pada anterior
-
Ro
terlihat kamar pulpa yang sangat luas/panjang, akar pendek, dan bifurkasi hanya beberapa milimeter dari apeks.
-
Klasifikasi
- mild→ mirip gigi normal (bifurkasi tinggi)→ pulpektomi, SSC
- moderate → jarak apikal ke furkasi hanya 1mm
- severe
-
-
Dilaserasi
Penyimpangan pertumbuhan gigi sehingga hubungan aksial antara mahkota dan akar berubah, akibatnya gigi melengkung membentuk kurva atau sudut 45 ° → 90
-
Etiologi
disebabkan karena adanya trauma gigi sulung selama masa pembentukan gigi→ gigi tersebut terdorong dan terdesak masuk ke dalam tulang → mengenai benih gigi permanen yang berada di bawahnya → arah peletakan mineral (kalsifikasi) gigi permanen berubah sehingga terbentuk gigi yang melengkung. Faktor genetik → gigi posterior (M3 RB)
-
Gambaran klinis
Lengkungan dapat terbentuk di bagian mana saja sepanjang gigi, bagian leher gigi, tengah akar, persambungan mahkota dan akar, atau hanya pada ujung akar, tergantung seberapa jauh pembentukan gigi telah berlangsung saat trauma terjadi.
-
Pemeriksaan radiografi
terlihat akar yang melengkung tidak pada tempatnya
-
Penatalaksanaan
Kadang gigi yang mengalami dilaserasi dapat mengalami kesulitan untuk tumbuh ke posisi yang normal dalam rongga mulut sehingga harus dilakukan pencabutan.
-
-
-
Kelainan struktur gigi→ histodiferensiasi dan aposisi (bell stage)
-
Enamel
- Amelogenesis imperfect -?hipoplasi, hipomaturasi, hipokalsifikasi
- Environmental enamel hypoplasia
- Localized enamel hypoplasia
- Enamel hypocalsification
-
Dentin
- Dentinogenesis imperfect
- Dentin dysplasia
- Reginal odontodysplasia
-
Cementum
→ cemental hyperplasia / hypercementosis
- Perawatan
-
Gigi front
veneer, crown ( akrilik / porcelain )
crownform, policarbonat, zyconia, veste?
-
Gigi posterior :
crown, SSC ( utk gigi sulung )
-
- Perawatan
-
Faktor Herediter
- Herediter Autosomal dominan
- Herediter Autosomal resesif
- Herediter sex dominan
- Herediter sex resesif
-
Etiologi
gangguan pada tahap histodifferensiasi
-
Patofisiologi
pada tahap histodiferensiasi, tahap proliferasi dental papilla menajdi odontoblas dan sel2 inner epithelium menjadi ameloblas terhenti, sel2 tidak mampu memperbanyak diri. Gangguan pada tahap ini menyebabkan amleoblas atau odontoblas gagal berdiferensiasi secara optimal sehingga menghasilkan ketidaknormalan struktur enamel dan dentin
-
Penatalaksanaan
tumpatan atau pembuatan mahkota gigi
-
-
Kelainan warna gigi
-
Extrinxic stain
rokok (tembakau), minuman dan makanan yang berwarna stain (noda) pada bagian luar gigi
-
Intrinsic stain
akibat faktor dari dalam gigi. Penyebabnya :
-
obat-obatan,
-
penyakit sistemik
kelainan darah, nekrosis pulpa, trauma
-
-
Perawatan :
-
Microabrasion (dipoles pumais hidrocoloric acid 37%
-
Bleaching
AAPD → usia 10-18 th ideal untuk dilakukan bleaching (inget mix dentition)
-
-
-
Kelainan gigi yang terjadi pada odontogenesis
- Tahap Inisiasi : anomali jumlah gigi
- Tahap Proliferasi : anomali ukuran gigi
- Tahap Morfodifferensiasi : anomali bentuk gigi
- Histodifferensiasi & aposisi : anomali struktur gigi
- Tahap Erupsi : anomali posisi & erupsi
Post a Comment