Oklusi dan Maloklusi

shape image

Oklusi dan Maloklusi

 Oklusi

  • Definisi
    • Hubungan timbal balik permukaan gigi-geligi rahang atas dan rahang bawah yang terjadi selama gerakan mandibula sampai terjadi kontak maksimal.
    • Kontak interkuspal antara gigi geligi rahang atas dan rahang bawah dalam segala posisi dan pergerakan mandibula serta hubungan statis antara gigi atas dan gigi bawah selama interkuspasi (pertemuan tonjol gigi atas dan bawah secara maksimal).

Tahap perkembangan oklusi

  • Primary dentition

    Dimulai dari bayi sejak erupsi gigi pertama yaitu sekitar umur 6 bulan dan lengkap sekitar umur 3-6 tahun ketika seluruh gigi permanen sudah erupsi.

    • Fase geligi desidui

      1. Bentuk lengkung gigi desidui biasanya ovoid dan tidak begitu bervariasi seperti pada geligi permanen.

      2. Pada usia 2.5-3 tahun gigi desidui telah erupsi semua.

      3. Biasanya terdapat diastema pada gigi anterior yang merupakan diastema fisiologis.

      4. Diastema di antara gigi insisif lateral (i2) dan kaninus (c) rahang atas serta di antara kaninus (c) dan molar pertama (m2) rahang bawah yang disebut "Primate space/ Developmental space/ Monkey gaps/ Antrophoid space"

      • Primate space

        • In 87% of maxillary arches its seen between lateral incisor and canine
        • In 78% of mandibular arches its seen between canines and first primary molars Physiologic spaces/ Generalized
        • Helps in accomodation of Permanent incisors

        krn i atas besar jd ambil banyak tempat

        krn i atas besar jd ambil banyak tempat

      1. Diastema di rahang atas digunakan untuk tempat insisif permanen, sedang di rahang bawah untuk mendapatkan hubungan molar pertama permanen (M1) menjadi klas I
  • Mixed dentition

    Sekitar umur 6 tahun hingga 13 tahun dan pada rongga mulut dijumpai gigi desidui dan permanen.

    • Merupakan masa peralihan dan pergantian dari gigi disidui ke gigi permanen.

    • Successional teeth

      Gigi permanen yang menggantikan gigi disidui: Insisif, Kaninus, Premolar

    • Accessional teeth

      Gigi permanen yang tumbuh di bagian posterior lengkung gigi disidui: Molar (6thn)

      → tidak menggantikan susu

    • Phase of Mixed Dentition

      • First transitional period

        • Gigi molar permanen pertama erupsi

        • Pergantian gigi seri desidui dengan gigi seri permanen

        • Relasi molar permanen pertama sangat bergantung pada relasi gigi molar desidui atas dan bawah

        • Factors affecting first molar eruption

          • Congenital absence of tooth itself
          • Congenital absence of premolars
          • Distal caries of deciduous 2nd molar
          • Early loss of deciduous 2nd molar
          • Developmental disturbances
        • Image

          https://s3-us-west-2.amazonaws.com/secure.notion-static.com/5531e661-ffcc-43ca-a6c9-59a2492a70b4/Untitled.png

      • Molar adjustment

        • Early mesial shift

          Facilitated by Closure of primate spaces and other inter-dental spaces from the rear

          https://s3-us-west-2.amazonaws.com/secure.notion-static.com/ab3410e0-008b-432d-8a3a-03113ba91b49/Untitled.png

        • Late mesial shift

          Occurs by Mesial migration of first permanent molar after loss of second deciduous molar using leeway space.

          https://s3-us-west-2.amazonaws.com/secure.notion-static.com/e9fbc149-6ef6-4c0c-a1e7-93a6afffd66b/Untitled.png

      • Change of Occlusion

        Distal step→ Class II, End To End

        Flush Terminal Plane→ Class I, End to End

        Mesial Step→ Class III, Class I

        https://s3-us-west-2.amazonaws.com/secure.notion-static.com/e2f73b9b-3d16-433b-9f38-0bd16c599d73/Untitled.png

      • INCISAL LIABILITY

        Perbedaan antara jumlah ruang yang dibutuhkan untuk gigi insisif permanen dengan jumlah ruang yang tersedia

        • 7 mm (lengkung rahang atas)
        • 6 mm (lengkung rahang bawah)
        • Faktor yang mempengaruhi Incisal Liability
          • Jarak antar gigi insisivus desidui

            Adanya jarak/space antar gigi insisivus desidui akan menghasilkan hubungan yang baik antar gigi insisivus permanen penggantinya

            faktor makanan

            faktor makanan

          • Pertumbuhan lebar lengkung antar kaninus

            • Peningkatan lebar antar-kaninus menciptakan lebih banyak ruang untuk gigi seri permanen.
            • Lebar antar-kaninus rahang bawah meningkat paling tinggi selama erupsi gigi seri permanen.
            • Pertumbuhan antar-kaninus rahang atas terjadi selama insisivus permanen erupsi & terus berlanjut tanpa dapat diprediksi.

            https://s3-us-west-2.amazonaws.com/secure.notion-static.com/0b14ec18-2597-4e02-844a-2c96bcae19a3/Untitled.png

          • Posisi labial gigi seri permanen

            Gigi seri permanen tumbuh ke posisi labial & miring lebih ke labial, sehingga menambah panjang lengkung

            primary: agak masuk (palatoversi), permanen:  miring biar dpt tempat

            primary: agak masuk (palatoversi), permanen: miring biar dpt tempat

          • Rasio ukuran yang menguntungkan antara gigi insisivus desidui & permanen

            • Favorable

              large primary, small permanent (favorable)

            • Unfavorable

              small primary, permanen

      • UGLY DUCKLING STAGE (Broadbent phenomenon)

        diastema di central anterior

        https://s3-us-west-2.amazonaws.com/secure.notion-static.com/1c6911dd-b7ab-4267-9e3e-ca2a5269be3b/Untitled.png

      • Inter Trasitional Period

        • Rahang atas & rahang bawah terdiri dari gigi desidui & permanen gigi insisivus permanen, gigi kaninus desidui, gigi molar pertama permanen
        • Ciri-ciri periode Inter-transisi
          • Di bawah pengaruh lidah
          • Gigi seri lateral mandibular mengambil posisi yang tepat di lengkung & lokasi lingualokasi awalnya dihilangkan.
          • Perbedaan kecil dikoreksi dengan tekanan yang diberikan oleh lidah & bibir.
          • Tidak ada hubungan intercusp yang tetap. ini membantu dalam pergeseran mesial gigi rahang bawah.
      • Second transitional period

        • Ditandai dengan penggantian gigi geraham desidui & gigi kaninus oleh masing-masing gigi premolar & gigi kaninus permanen.

        • Tahap Early Duckling dikoreksi.

        • Jumlah total lebar mesiodistal dari gigi kaninus permanen & gigi premolar biasanya lebih kecil dari gigi kaninus & molar desidui.

        • LEEWAY SPACE.

          Perbedaan lebar antara mesial-distal dari gigi kaninus, molar pertama dan molar kedua desidui dengan gigipermanen penggantinya.

          • Nance: Lebarnya 1,8 mm di Maxilla (0,9 mm setiap sisi) dan 3,4 mm di Mandibula (1,7 mm setiap sisi)
          • In Maxillary arch 1.5 mm per side and In Mandibular arch 2.5 mm per side

          https://s3-us-west-2.amazonaws.com/secure.notion-static.com/e01ea2af-9dac-413a-82cf-21f5937a4ad2/Untitled.png

  • Adolescent dentition (Permanent Dentition)

    Seluruh gigi desidui telah tanggal, molar kedua permanen biasanya sudah erupsi atau sedang erupsi dan molar ketiga belum erupsi.

    • gigi gingsul: ektostem (di luar lengkung) → caninus

    Urutan erupsi gigi

    • Maksila

      M1,I1,I2,P1, C, P2,M2,M3 atau

      M1,I1,I2,C,P1, P2,M2,M3

    • Mandibula

      M1,I1,I2, C, P1, P2,M2,M3 atau

      M1,I1,I2,P1, C, P2, M2,M3

    https://s3-us-west-2.amazonaws.com/secure.notion-static.com/da9be9c4-2ac5-4d56-b5a8-92bf97ebd464/Untitled.png

  • Adult dentition

    Seluruh gigi permanen sudah erupsi.

Ideal and Normal Occlusion

  • "IDEAL"

    is a hypothetical concept or a standardized goal

  • "Normal"

    implies to the variations around an average mean value

  • Andrew's six key of occlusion

      1. Relasi molar
      • Permukaan distal dari distal marginal ridge molar pertama permanen atas kontak dan beroklusi dengan permukaan mesial dari marginal ridge molar kedua bawah

      https://s3-us-west-2.amazonaws.com/secure.notion-static.com/4b98fa7a-dcc9-4ee4-a141-cddbdf610e91/Untitled.png

      • Tonjol mesiobukal molar pertama permanen atas terletak pada groove diantara tonjol mesial dan distobukal molar pertama permanen bawah
      • Tonjol mesiopalatal molar pertama atas terletak pada fosa sentral molar pertama permanen bawah
      1. Angulasi mahkota gigi

      semua mahkota gigi condong ke mesial atau mesioinklinasi. Bagian gingival gigi pada sumbu panjang tiap mahkota gigi terletak distal dari bagian oklusal sumbu panjang tsb, jadi setiap gigi mempunyai mesiodistal tipping yang besarnya bervariasi untuk setiap gigi.

      https://s3-us-west-2.amazonaws.com/secure.notion-static.com/3fcd1fcf-4b8d-4af3-a499-7baffcc6ecc2/Untitled.png

      1. Inklinasi mahkota gigi

      bagian gingival gigi insisivus atas terletak lebih ke lingual daripada bagian insisalnya. Untuk gigi gigi selain insisivus atas bagian gingival terletak lebih ke labial atau bukal daripada bagian insisal atau oklusalnya. Keadaan ini disebut labiolingual torque

      https://s3-us-west-2.amazonaws.com/secure.notion-static.com/ade29253-60a3-4515-a1bf-9db80bc60864/Untitled.png

      1. Tidak ada rotasi
      • Gigi harus bebas dari rotasi yang tidak diinginkan.
      • Jika terdapat rotasi, molar atau bicuspid menempati lebih banyak ruang daripada biasanya. Gigi insisiv yang rotasi dapat menempati lebih sedikit ruang dari biasanya.

      https://s3-us-west-2.amazonaws.com/secure.notion-static.com/6cc76107-1d88-491a-af5a-de8c314e144e/Untitled.png

      1. Tidak ada spacing

      Jika tidak terdapat kelainan sperti ukuran gigi, titik kontak harus rapat

      https://s3-us-west-2.amazonaws.com/secure.notion-static.com/ab6132cc-e625-4a27-8040-961ea3ac201c/Untitled.png

      1. Bidang oklusal datar:

      kurva spee datar atau cekung, kedalaman maksimal 1,5 mm.

      https://s3-us-west-2.amazonaws.com/secure.notion-static.com/95f82470-c904-4d14-9539-671858a37385/Untitled.png

  • Bidang perpotongan ortodontik

    Transverse

    Saggital

    https://s3-us-west-2.amazonaws.com/secure.notion-static.com/07c2d062-5a3d-43d4-b47f-d269bfa04d83/Untitled.png

Klasifikasi

  • ANGLE CLASSIFICATION

    → yg dilihat yg bawah

    Based on the mesiodistal relationship of teeth, dental arches and jaws

    Maxilarry first molar is taken as the key of occlusion

    • Class I (Netroklusi)

      Maloklusi dengan molar pertama permanen bawah setengah lebar tonjol lebih mesial terhadap molar pertama permanen atas. Relasi lengkung gigi semacam ini biasa disebut juga dengan istilah netroklusi. Kelainan yang menyertai dapat berupa gigi berdesakan, proklinasi, gigitan terbuka anterior dan lain-lain

      https://s3-us-west-2.amazonaws.com/secure.notion-static.com/b68d29cf-5080-4e86-9410-12e7de772fc9/Untitled.png

    • Class II (Distoklusi)

      → kaninus terletak antara ...

      Lengkung bawah minimal setengah lebar tonjol lebih posterior dari relasi yang normal terhadap lengkung geligi atas dilihat pada relasi molar. Relasi seperti ini biasanya disebut distoklusi. Maloklusi kelas II dibagi menjadi 2 berdasarkan inklinasi insisivi atas

      • div 1

        Insisivi atas proklinasi atau meskipun insisivi atas inklinasinya normal tetapi terdapat jarak gigit dan tumpang gigit yang bertambah

        https://s3-us-west-2.amazonaws.com/secure.notion-static.com/c036779e-c4c7-47e8-b8cf-8d0387ef358d/Untitled.png

      • div 2

        insisivi sentral atas retroklinasi. Kadang-kadang insisivi lateral proklinasi, miring ke mesial atau rotasi mesiolabial. Jarak gigit biasanya dalam batas normal tetapi kadang-kadang sedikit bertambah. Tumpang gigit bertambah. Dapat juga keempat insisivi atas retroklinasi dan kaninus terletak di bukal

        https://s3-us-west-2.amazonaws.com/secure.notion-static.com/e722d279-1eb5-4df1-a542-8c676a616627/Untitled.png

      • II subdivision

        → kanan kiri beda

        bila satu sisi hubungan M kelas II, sisi lainnya kelas I. Penulisannya: Kelas II, Divisi I, subdivisi

    • Class III

      Mesiobukal cups M1 atas permanen beroklusi pada interdental antara M1 dan M2 bawah permanen

      • True Class III

      • Pseudo Class III

        gigi atas masuk tumbuh ke dalam

      • Class III subdivision

    https://s3-us-west-2.amazonaws.com/secure.notion-static.com/c3cbdf21-07a7-4584-a6fa-9756b99dd0cd/Untitled.png

  • DEWEY'S MODIFICATION OF ANGLES CLASSIFICATION

    • Kelas I modifikasi Dewey

      Tipe 1: Crowding anterior;

      Tipe 2: Protusif gigi incisivus atas;

      Tipe 3: Crossbite anterior;

      Tipe 4: Crossbite posterior;

      Tipe 5: Molar satu permanen mengalami drifting ke arah mesial.

    • Kelas III modifikasi Dewey

      Tipe 1: edge to edge;

      Tipe 2: Incisivus bawah crowding dan lebih ke lingual dari incisivus atas;

      Tipe 3: Crossbite anterior, incisivus atas Crowding.

  • LISCHER'S MODIFICATION OF ANGLES CLASSIFICATION

    Pada tahun 1933, Lischer memodifikasi klasifikasi Angle dengan menambahkan nama untuk klas I, II, dan III maloklusi Angle. Lischer juga mengemukakan istilah untuk malposisi gigi secara individual.

    a.Neutro-oklusi= Klas I maloklusi Angle.

    b.Disto-oklusi= Klas II maloklusi Angle.

    c. Mesio-oklusi= Mesio-oklusi adalah istilah lain dari Klas III maloklusi Angle.

    • Nomenklatur Lischer untuk malposisi gigi individual

      melibatkan akhiran “versi” untuk sebuah kata yang mengindikasikan adanya deviasi dari posisi normal

    • Mesioversi : posisi lebih mesial dari posisi normal.

    • Distoversi : posisi lebih distal dari posisi normal.

    • Linguoversi: posisi lebih lingual dari posisi normal.

    • Labioversi: posisi lebih labial dari posisi normal.

    • Infraversi : posisi lebih inferior dari posisi normal.

    • Supraversi : posisi lebih superior dari posisi normal.

    • Axiversi : inklinasi aksial mengalami kelainan; mengalami tipping

    • Torsiversi : mengalami rotasi sepanjang sumbu aksis gigi.

  • SIMONS SYSTEM

    • Frankfort Horizontal plane

      Bidang horizontal Frankfurt (Bidang FH) atau bidang mata-telinga (E-EP) (Gbr. 13.20) ditentukan dengan menggambar garis lurus melalui margin orbit tulang langsung di bawah pupil mata ke margin atas meatus auditorius eksternal (takik di atas tragus telinga). Bidang ini digunakan untuk mengklasifikasikan maloklusi pada bidang vertikal.

      https://s3-us-west-2.amazonaws.com/secure.notion-static.com/ecff478a-c4c5-4cc0-a044-b9370723838a/Untitled.png

      • Penyimpangan vertikal terhadap bidang adalah:
        • Attraction

          Jika lengkungan gigi atau bagiannya lebih dekat ke bidang horizontal Frankfurt, hal itu disebut sebagai atraksi.

        • Abstraction

          Jika lengkung gigi atau bagiannya lebih jauh dari bidang horizontal Frankfurt, hal itu disebut sebagai abstraksi.

    • Orbital plane

      Bidang ini tegak lurus dengan bidang mata-telinga (bidang horizontal Frankfurt) di tepi orbit tulang tepat di bawah pupil mata (Gbr. 13.21). Di sini penting untuk menyebutkan hukum anjing. Menurut Simon dalam hubungan lengkung normal, bidang orbital melewati aspek aksial distal kaninus rahang atas.

      • Maloklusi digambarkan sebagai deviasi anterior-posterior berdasarkan jaraknya dari bidang orbital adalah
        • Retraction

          salah satu atau kedua lengkung gigi dan / atau rahang terlalu jauh ke belakang, yaitu ditempatkan di posterior bidang daripada biasanya

        • Protraction

          salah satu atau keduanya, lengkung gigi, dan / atau rahang terlalu jauh ke depan, yaitu ditempatkan ke depan atau anterior bidang dibandingkan dengan biasanya; di mana pesawat melewati kemiringan distal gigi taring.

      https://s3-us-west-2.amazonaws.com/secure.notion-static.com/32303f11-7b0e-40a5-b826-ba12df5a1bfc/Untitled.png

    • Mid sagittal plane

      Bidang raphe atau median sagital ditentukan oleh titik-titik yang berjarak sekitar 1,5 cm pada median raphe langit-langit. Bidang median raphe melewati Gambar 13.20: Bidang horizontal Frankfurt Gambar 13.21: Bidang orbit melalui dua titik ini pada sudut siku-siku ke bidang horizontal Frankfurt (Gambar 13.22). -

      https://s3-us-west-2.amazonaws.com/secure.notion-static.com/2af3528f-0ff0-4fd3-a7b8-4bfc10577e6d/Untitled.png

      • Maloklusi yang diklasifikasikan menurut deviasi transverse dari bidang sagital median adalah:

      • Contraction

        Sebagian atau seluruh lengkung gigi berkontraksi menuju bidang median sagital

      • Distraction

        Sebagian atau seluruh lengkung gigi lebih lebar atau ditempatkan pada jarak yang lebih jauh dari biasany

  • ACKERMANN AND PROFITT CLASSIFICATION

    • Transverse deviation (lateral)
    • Saggital deviation (AP)
    • Vertical deviation

    https://s3-us-west-2.amazonaws.com/secure.notion-static.com/42636a4d-ba0a-474f-8ad0-e1ca79122cc9/Untitled.png

Etiologi Maloklusi

  • Faktor Umum

    • Herediter

      • Mempengaruhi bentuk, ukuran rahang dan ukuran, bentuk, jumlah, warna gigi
      • Kondisi etiologi maloklusi herediter yang khas adalah Disharmoni Dento Maksiler (DDM).
      • Disharmoni Dento Maksiler (DDM) merupakan suatu anomali yang menunjukkan adanya disproporsi antara volume gigi dan besarnya rahang
      • Secara genetik yang diturunkan adalah besarnya/ukuran rahang atau volume gigi
      • DDM ada 2 macam :
        • Bila volume geligi lebih besar dari rahang, maka gigi akan berdesakan
        • Bila volume geligi lebih kecil dari rahang, maka timbul diastema Diastema diantara gigi geligi: Diastema multiple
      • Gejala klinis DDM (berdesakan):
        • Fase gigi disidui:
          • Tidak ada diastema fisiologis
          • Kadang ada rotasi gigi sulung
        • Fase gigi pergantian:
          • i sentral permanen erupsi meresorbsi sentral dan lateral desidui, i sentral terletak baik, I lateral tumbuh di daerah palatal, kaninus permanen tumbuh dengan posisi yang benar.
          • Atau I sentral dan lateral terletak berjajar dengan baik, kaninus tumbuh lebih bukal, sehingga kaninus terletak ekstostema.
    • Congenital

      • Adanya kegagalan jaringan embrionik, misal: facial cleft, micrognathia, ankyloglosia.

      Lingkungan

      • Prenatal

        • trauma persalinan menyebabkan hipoplasia mandibula,
        • posisi fetus menghambat pertumbuhan mandibula, dll
      • Post natal

        trauma pada rahang & gigi

        Gangguan metabolisme

      • Gangguan keseimbangan endokrin, penyakit infeksi

        Problem diet

      • Malnutrisi.

        • Posture / posisi tubuh
        • Trauma / kecelakaan
    • Kebiasaan buruk / jelek (bad habit)

      • yang menghasilkan tekanan abnormal Keparahan maloklusi tergantung dari :

        • Intensitas/ derajat aktifitas
        • Frekwensi
        • Durasi
        • Cara melakukannya
      • Menghisap ibu jari

        terbanyak, karena setetulnya merupakan aktifitas normal

        • Biasanya berhenti usia 2.5 - 3 tahun
        • Bila dilakukan di atas 6 tahun, timbul maloklusi
        • Gambaran klinis:
          • Gigitan terbuka anterior
          • Protrusi rahang atas
          • Retrusi/ Intrusi gigi bawah
      • Mendorong Lidah ke depan

        Gambaran klinis:

        • Gigitan terbuka anterior
        • Diastema multiple atas bawah
        • Lidah terletak di antara gigi gigi anterior
        • Gigitan terbuka posterior
        • Infra posisi gigi posterior
      • Menghisap / Menggigit Bibir

        • Pada umumnya bibir bawah

        Gambaran klinis :

        • Protrusi dengan diastema gigi anterior atas
        • Retrusi/intrusi gigi anterior bawah
        • Bibir bawah ada bekas tekanan insisal insisivus atas
        • Lengkung gigi rahang bawah datar
      • Cara Menelan Salah

        Selain karena kebiasaan, tonsil yang besar juga dapat menyebabkan terjadinya kebiasaan ini

        Gambaran klinis:

        • Gigitan terbuka anterior
        • Protrusi
        • Waktu menelan lidah menjulur ke depan, menekan bagian lingual gigi gigi
      • Bernafas Melalui Mulut

        Gambaran klinis:

        • Mulut terbuka
        • Penyempitan lengkung rahang atas
        • Gigi berdesakan
        • Protrusi rahang atas
        • Palatum tinggi

        https://s3-us-west-2.amazonaws.com/secure.notion-static.com/f3f7ac05-d295-4a1d-8820-4a365f131c40/Untitled.png

  • Faktor Lokal

    • Anomali Jumlah Gigi

      Kelebihan/kekurangan jumlah gigi

      • Anodontia : tidak ada seluruh gigi
      • Hypodontia : tidak ada sebagian gigi
      • Agenisi : tidak ada benih gigi Pada rahang atas yang sering terjadi adalah gigi : 2,5,8 Pada rahang bawah yang sering terjadi adalah gigi: 1,5,8
    • Anatomi Ukuran dan Bentuk Gigi

      • Mikrodonti : bila ukuran lebih kecil
      • Makrodonti : bila ukuran lebih besar Gigi yang sering mengalami kelainan :
      • Insisivus lateral atas bentuk konis disebut peg shaped
      • Premolar pertama atas bentuk pipih
    • Anomali Letak Gigi

      • Sumbu

        • Sumbu vertikal

          dari arah apikal ke mahkota/ oklusal

        • Sumbu Transversal :

          • Gigi anterior

            sumbu arah mesial distal (M-D)

          • Gigi posterior

            sumbu arah bukal palatal/lingual (B-P/L)

        • Sumbu Sagital

          • Gigi anterior

            sumbu arah labial-palatal/lingual (L-P/L)

          • Gigi posterior

            sumbu arah mesial distal (M-D)

      • Rotasi

        berputar menurut sumbu aksial gigi (vertikal)

        • Rotasi sentris

          = berputar pada sumbu gigi (sisi mesial distal bergerak berlawanan arah)

          https://s3-us-west-2.amazonaws.com/secure.notion-static.com/19dd15ac-079f-40a9-bee7-59461e09dd79/Untitled.png

          • contoh: mesio palatal rotasi sentris
        • Rotasi eksentris

          = berputar diluar sumbu gigi (hanya 1 sisi yang bergerak, sisi lain tetap)

          contoh: disto labial rotasi eksentris

          https://s3-us-west-2.amazonaws.com/secure.notion-static.com/334aa714-be3f-44ed-8156-b59ca2377a65/Untitled.png

      • Versi

        Displacement posisi gigi Contoh: bukoversi, linguoversi

      • Infra/ supra posisi

        di bawah/ atas oklusi

      • Ektostema

        gigi kaninus di luar lengkung (bila gigi lain disebut ektopik)

      • Frenulum Labialis Yang Abnormal

        Frenulum labii superior yang tinggi dapat menyebabkan diastema Sentral.

      • Kehilangan Gigi Prematur

        Tergantung waktu dan lama terjadinya

        Bila interdigitasi gigi atas dan bawah baik, tidak terjadi pergeseran

      • Persistensi Gigi Disidui

        Penyebab : arah erupsi yang salah, agenisi dll

      • Erupsi Gigi Permanen Terlambat

      • Arah Erupsi Abnormal

        Dapat disebabkan salah benih, trauma, kista, dll

      • Ankylosis

        Dapat disebabkan trauma, perawatan konservasi gigi tidak diketahui penyebabnya

      • Karies Gigi

        Terutama bila karies terjadi pada daerah proksimal

        Pekerjaan Konservasi Yang Kurang Baik

    • Impaksi: benih gigi tidak dapat ke luar karena tidak ada tempat

    • Retensi : benih gigi tidak dapat ke luar meski padeda t42pat, 62 @ +

    • Persistensi : gigi disidui tidak tanggal walaupun sudah waktunya atau gigi penggantinya sudah erupsi, sering terjadi pada insisivus

    • Mesiodens: gigi kelebihan di antara insisivus sentral

    • Extra premolar: ada tambahan premolar

    • Paramolar: tonjol tambahan pada molar, biasanya pada cusp palatal

    • Diplodonti: gigi kembar yang berasal dari 2 benih gigi, Ro: saluran akar 2 dengan 1 ruang pula

    • Geminasi = Schizodonti: ggi kembar dr i benih ggi, Ro: saluran akar 1

    • Fusi = Sinodonti: dua benih gigi menjadi satu gigi dengan 2 saluran akar dan 2 ruang pulpa

    • Mutilasi: kehilangan gigi permanen karena faktor pathologis

Klasifikasi Etiologi Maloklusi

  • Moyer's classification

    • HEREDITY
      • NEUROMUSCULAR
      • BONE
      • TEETH
      • SOFT PARTS
    • TRAUMA
      • PRENATAL TRAUMA AND BIRTH INJURIES
      • POSTNATAL TRAUMA
    • PHYSICAL AGENTS
      • PREMATURE EXTRACTION OF PRIMARY TEETH
      • NATURE OF FOOD
    • HABITS
      • TUMB SUCKING AND FINGER SUCKING
      • TONGUE THRUSTING
      • LIP SUCKING AND LIP BITING
      • POSTURE
      • NAIL BITING
      • OTHER HABITS
    • DISEASES
      • Systemic Disease
      • Endocrine Disease
      • Local Disease
        • Nasopharyngeal disease and isturbed respiratory function
        • Gingival periodontal disease
        • Caries Tumours
    • MALNUTRITION
    • DEVELOPMENTAL DEFECTS OF UNKNOWN ORIGIN
  • White and Gardiner's

    • DENTAL BASE ABNORMALITIES
      • ANTERO POSTERIOR MALRELATIONSHIP
      • VERTICAL MALRELATIONSHIP
      • LATERAL MALRELATIONSHIP
      • DISPROPORTION OF SCE BETWEEN TEETH & BASAL BONE
      • CONGENITAL ABNORMALITIES
    • PRE-ERUPTION ABNORMALITIES
      • ABNORMALITIES IN POSITON OF DEVELOPING TOOTH GERM
      • MISSING TEETH
      • SUPERNUMERARY TEETH & TEETH ABNORMAL IN FORM
      • PROLONGED RETENTION OF DECIDUOUS TEETH
      • TRAUMATIC INJURY
    • POST-ERUPTION ABNORMALITIES
      • MUSCULAR

        1. ACTIVE MUSCLE FORCE

        2. REST POSITION OF MUSCULATURE

        3. SUCKING HABITS

        4. ABNORMALITIES IN PATH OF CLOSURE

      • PREMATURE LOST OF DECIDUOUS TEETH

      • EXTRACTION OF PERMANENT TEETH

  • Proffit's Classification

    • Specific causes

      • 1.Disturbances in embryologic development.
      • 2.Skeletal growth disturbances
        • a.Fetal molding & birth injuries.
        • b.Birth trauma to the mandible.
        • c.Childhood fracture of the jaw.
        1. Muscle dysfunction.
      • 4.Acromegaly & hemi-mandibular hypertrophy.
        1. Disturbances in dental development.
        • a congenitally missing teeth.
        • b.malformed teeth.
        • c.Supernumerary teeth.
        • d.Interference with eruption.
        • e.Ectopic eruption.
        • f.Early loss of primary teeth.
        • g.Traumatic displacement of teeth
    • Genetic Influences

    • Environmental Influences

      Functional influences on Dentofacial development

      • a. Masticatory function
      • b. Sucking & Other Habits
      • c. Tongue thrusting
      • d. Respiratory pattern
  • Graber's classification

    • GENERAL FACTORS

        1. HEREDITY
        • Number of human traits that are influenced by the genes include (according to Lundstrom):
        • Tooth size
        • Arch dimension
        • crowding/spacing
        • Abnormalities of tooth shape
        • Abnormalities of tooth number
        • Overjet
        • Inter-arch variations
        • Frenum
        1. CONGENITAL
        1. ENVIRONMENTAL

        a. PRE NATAL

        b. POST NATAL

        1. PRE-DISPOSING METABOLIC CLIMATE & DISEASES

        a. ENDOCRINE IMBALANCE

        b. METABOLIC DISTURBANCES

        C. INFECTIOUS DISEASES

        1. DIETARY PROBLEMS
        1. ABNORMAL PRESSURE HABITS & FUNCTIONAL ABERRATIONS
        1. POSTURE
        1. TRAUMA AND ACCIDENT
        • ABNORMAL SUCKING
        • THUMB & FINGERSUCKING
        • TONGUE THRUST & TONGUE SUCKING
        • LIP & NAIL BITING
        • TRAUMA AND ACCIDENT
        • ABNORMAL SWALLOWING HABITS
        • SPEECH DEFECT
        • TONSILS & ADENOIDS
        • PSYCHOGENIC TICS AND BRUXISM
    • LOCAL FACTORS

      1. ANOMALIES OF NUMBER

      2. ANOMALIES OF TOOTH SIZE,

      3. ANOMALIES OF TOOTH SHAPE

      4. ABNORMAL LABIAL FRENUM:MUCOSAL BARRIERS

      5. PREMATURE LOST OF DECIDUOUSTEETH

      6. PROLONGED RETENTION OFDECIDUOUS TEETH

      7. DELAYED ERUPTION OF PERMANENTTEETH

      8. ABNORMAL ERUPTIVE PATH

      9. ANKYLOSED

      10. DENTAL CARIES

      11. IMPROPER DENTAL RESTORATION

  • Patomekanisme Maloklusi

    • Faktor Genetik

Post a Comment

© Copyright 2019 DENTSIVE: materi dan soal kedokteran gigi

Form WhatsApp

This order requires the WhatsApp application.

Order now